logo

, ,

Global Free Meals Project: Inspirasi Program Makan Siang Gratis Indonesia

  • By Agus Sastrawan
  • August 16, 2024
  • 593 Views

Program makan gratis ini, umumnya, memiliki kriteria tertentu. Ada yang memberikan kebebasan tanpa melihat umur atau pendapatan orang tua murid. Misalnya saja Minnesota, salah satu negara bagian yang memberikan makan pagi dan siang secara gratis (Universal Free Meals). Pemerintah Minnesota mengesahkan program makan gratis untuk semua kalangan tanpa terkecuali. Pihat terkait juga mengatakan, berapapun program ini menghabiskan dana, APBN negara akan digunakan untuk mengakomodasi semuanya. Mereka pun menerapkan program ini bukan karena tanpa alasan. Namun, mereka percaya free meals bisa meringankan tingkat stress orang tua dan mengurangi kemiskinan akibat siswa yang sulit untuk makan.

Sumber: Inside History via

Gubernur Minnesota, Tim Walz, telah meresmikan makan gratis di Minnesota per 2023. Jika kita kilas balik beberapa tahun ke belakang, program ini, pada dasarnya, tidak hanya dilakukan oleh Minnesota. Namun, banyak negara di dunia telah melakukannya bahkan dalam kurun waktu yang sangat panjang. Tentu saja, kita akan membahas program makan gratis tersebut pada artikel kali ini; sebuah agenda yang sama dengan program Prabowo – Gibran, selaku pasangan pemenang Pemilu Indonesia 2024.

Selain Minnesota, Presiden Republik Rwanda, Paul Kagame, telah mampu menepati janjinya di tahun 2021 untuk universal feeding coverage di sekolah. Berdasarkan Executive Summary World Food Programme (WFP), Rwanda telah mengakomodasi 660.000 anak di tahun 2020 dan meningkat secara bertahap menjadi 3,8 juta di tahun 2022. Di sisi lainnya, Presiden Benin, Patrice Talon, telah meningkatkan national budget commitment USD 270 juta. Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat di negara terkait, program ini telah menjadi agenda wajib untuk menjamin semua golongan mendapat makanan sehat dan layak – food security.

Free Meals Across Countries

Program makan siang gratis ternyata telah banyak diterapkan oleh banyak negara di Eropa. Mereka telah berhasil melakukan ini sejak tahun 70an. Sampai saat ini, mereka terus konsisten memberikan pelayanan terbaik pada generasi emasnya. Kesadaran untuk memberikan kualitas yang sama dan menghindari fenomena social exclusion menjadi beberapa motif diberlakukannya makan gratis di Eropa. Namun, hal terpenting adalah bagaimana mereka mendapatkan nutrisi yang layak untuk tumbuh kembangnya.

Sumber: Sadiq Khan via X

Sadiq Khan adalah Mayor of London. Ia mencuitkan dalam platform X pribadinya bahwa ia sangat senang bisa meneruskan program makan siang gratis. Baginya ini merupakan hal yang sangat bersejarah sehingga patut untuk diteruskan. Per tahun 2024/2025, sebagai bagian dari munisipal London, kepemerintahannya menggelontorkan dana sebanyak £140 juta atau setara dengan IDR 2,85 triliun. Berdasarkan rilis dari gov.london.uk, lebih dari 287.000 anak telah mendapatkan manfaatnya dan kini ia berharap tidak ada lagi yang kekurangan nutrisi atau mendapat pengucilan dari sosial masyarakat London.

Source : Anne-Catherine Guio (2023)&

Ini adalah Free Meals Mapping per 2021 di Eropa. Warna hijau merupakan negara-negara yang menerapkan universal free meals untuk semua kelompok umur i.e., Finlandia, Estonia, dan Swedia. Dua negara lainnya, Latvia dan Lithuania, menerapkan makan gratis untuk umur tertentu (Siswa kelas 1 – 4). Di tahun 2020, Lithuania kini menyediakan makan gratis untuk anak PAUD dan kelas 1.

Kemudian, terdapat 10 negara EU (biru muda) yang, secara umum, menerapkan makan gratis untuk siswa dengan keluarga pendapatan rendah atau siswa kurang beruntung, e.g., anak dalam perlindungan pemerintah lokal (Children in Public Care) atau anak-anak pengungsi (Refugee). Kita menemukan kebijakan ini di negara, seperti: Siprus, Republik Ceko, Jerman, Hungaria, Luksemburg, Malta, Portugal, Slovakia, Slovenia, Spanyol, dan Britania Raya.

Terakhir, terdapat negara-negara yang menerapkan makan gratis bersubsidi karena tidak berlaku untuk 1 negara secara keseluruhan. Mereka hanya memfokuskan program ini pada sekolah-sekolah di beberapa regional yang memiliki kecenderungan pendapatan rendah e.g., Austria, Bulgaria, Yunani, Kroasia, Irlandia, Italia, Polandia, Romania.

Lebih lanjut, kita lihat Prancis yang hanya menyediakan makan siang gratis di 50 daerah dari total 35.000 daerah. Mengikuti program SDGs, Prancis berlandaskan pada No Poverty sehingga menghasilkan 2017 Poverty Action Plan. Lembaga pemerintah setempat menerapkan harga progresif di bawah €1 yang bisa dinikmati oleh masyarakatnya. Penutur Bahasa Prancis di Belgia juga mendapat kemudahan untuk menikmati makan gratis karena pemerintah setempat menerapkan Pilot Project untuk anak PAUD. Catatan ini tertulis dalam sebuah penelitian berjudul “Free school meals for all poor children in Europe: An important and affordable target?” oleh Anne-Catherine Guio. Selengkapnya, kamu bisa akses di sini.

Sementara itu, di benua seberang, kamu akan melihat bagaimana program makan gratis di Jepang. Tidak jauh berbeda dengan negara-negara di EU, Jepang melakukan program ini dalam rangka memenuhi nutrisi dan penyediaan makanan layak. Pada implementasinya, mereka tidak sebatas menyediakan makanan. Namun, masyarakat Jepang kini menjadi sangat aware dengan kesehatan dan mampu memahami seputar nutrisi yang mereka makan karena literasi yang disosialisasikan pihak Jepang. Jika Finlandia menerapkan program makan gratis pada tahun 1948, Jepang juga menerapkannya beberapa tahun kemudian di 1954 di bawah peraturan School Lunch Program Act dan sekiranya telat menyentuh sekitar 96% siswa di seluruh Jepang.

Program Makan Gratis Indonesia dan Kritik Organisasi Global

Sumber: AP Photo via Euronews

“School meal programs are social safety nets because while food security will always remain vulnerable to climate change, conflicts, and other nation-wide emergencies, school meal programs ensure that students are at least protected from their household’s individual circumstances. A bad harvest or an unfortunate loss of income does not mean a child goes hungry.” –  Kazuko Ogasahara, Milan Thomas via Asian Development Blog (7/3/2023).

Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo-Gibran, telah mengorkestrasi program Makan Gratis kepada siswa-siswi Indonesia. Secara obyektif, tujuan program ini dinilai sangat positif oleh masyarakat di Indonesia. Namun, terdapat pesimisme yang berkembang di beberapa kalangan, termasuk organisasi besar global.

“COVID-19 juga mengganggu ketersediaan dan keterjangkauan bahan makanan yang bergizi serta aman. Sekitar 45 persen rumah tangga yang memiliki anak berkurang porsi makannya, dan begitu pula dengan nilai gizi makanan yang tersedia di rumah sepanjang tahun 2021. Setelah berlangsung selama dua tahun, pandemi COVID-19 terus menggerus kemajuan yang telah dicapai dalam mengatasi masalah gizi buruk. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2021 mengungkap bahwa 24,4 persen anak mengalami tubuh pendek, atau stunting, dan 7,1 persen mengalami tubuh kurus atau wasting.” – Laporan UNICEF Indonesia 2022

Joint child malnutrition estimates WHO 2023

Ketersediaan suplemen dan nutrisi masyarakat kita juga besar dipengaruhi oleh COVID-19 kemarin. Diperkirakan 24,4% anak mengalami stunting dan 7,1% wasting child. Angka ini menyumbang jumlah malnutrisi global sesuai laporan WHO 2023 yang berjudul “Joint child malnutrition estimates.”

Oleh karena itu, melalui program makan dan susu gratis, Prabowo menargetkan 83 juta anak akan mendapat dampak positif dan sekiranya menghabiskan dana sebesar $4.35 miliyar (2025) atau sekitar 71 triliyun. Jika program ini berhasil, maka ini akan menghabiskan $27 miliyar atau sekitar 430 miliyar. Dengan asumsi dana ini, World Bank dan IMF memberikan kritiknya bahwa program ini akan meningkatkan defisit negara. Walaupun Pemerintah Indonesia mengaku akan mematuhi batas hutang negara dan Jakarta, batas defisit di 2,3%. Lembaga keuangan global justru mengkhawatirkan Indonesia akan menyentuh defisit 3%.

“Who said the deficit would be 3 percent? The Bank doesn’t even know the details of the program,” Respons Airlangga via Jakarta Globe (1/3/2024).

Komentar Bank Dunia langsung ditepis oleh Airlangga dan mengatakan bahwa mereka belum mengetahui bagaimana Indonesia mengorganisasi program ini. Ia juga menjelaskan bahwa Indonesia telah menetapkan batas defisit APBN 2025 di 2,4% hingga 2,8% dari PDB.

Indonesia memang telah berkomitmen untuk program proteksi sosial jangka panjang sejak 2013-2023. Kita bisa lihat sendiri alokasi keuangan, meliputi: sektor pendidikan, asuransi kesehatan dan usaha untuk meningkatkan kompetensi kesehatan. Kini, program makan dan susu gratis untuk anak di bawah 5 tahun dan ibu hamil menjadi jawaban konkrit atas upaya itu. Sepertinya Indonesia telah berkaca pada negara-negara yang telah menerapkan program makan gratis di dunia karena tujuannya sangat reflektif, seperti: menghindari kekurangan nutrisi, mempermudah mereka yang memiliki pendapatan rendah serta menstimulasi ekonomi lokal.

“Free school lunch programs have been implemented in 76 countries, benefitting 418 million children worldwide by providing essential meals… These programs also enhance education outcomes, evidenced by increased student enrolment, improved attendance rates and enhanced student retention,” – Hilman Palaon at Lowy Institute (3/5/2024).

Lessons from other nations, especially developing countries, show that limited resources, infrastructure and competing priorities hinder program success and sustainability. Corruption and mismanagement also impede progress, exacerbating the situation. Geographical barriers — like remote locations — create logistical challenges in accessing food provisions, while diverse cultural nuances and dietary preferences require careful consideration in program design. Inadequate public awareness and advocacy worsen these challenges — highlighting the need for comprehensive strategies.” – Ibid.

“Over 20 per cent of Indonesian children under the age of five experienced stunted growth in 2022, according to the United Nations. Stunting, which is being too short for one’s age as a result of poor nutrition, can result in long-term development delays…. When fully implemented by 2029, the programme will cover 83.9 million beneficiaries across the world’s fourth-most-populous nation of nearly 280 million, and cost over 400 trillion rupiah (S$33.7 billion) a year – about 2 per cent of annual gross domestic product.” – Linda Yulisman via The Straits Times (18/5/2024).

Jika testimoni di atas memberikan nuansa teoris dan empiris. Sebaliknya kita akan temukan manfaat praktis pada salah satu keluarga, sebagaimana hal yang disampaikan Ibu Rofiati. Beliau merasa tidak khawatir lagi terkait makan anaknya karena pemerintah telah menyediakannya.

“I am not worried any more because I know they will eat at school. They have more appetite as they eat together with their friends,” – Ms Rofiati to The Straits Times (18/5/2024).

Bagaimana menurut kamu akan program ini? Akankah ini menguntungkan secara jangka panjang atau kenyamanan sementara?

***

Follow LinkedIn Rumah Perubahan untuk mendapat opini terkini terkait isu yang sedang terjadi.

Kami juga memiliki beberapa Schools yang fokus pada bidang spesifik dengan modul-modul yang telah dikurasi seperti:

  • School of Data
  • School of Grooming
  • School of Leadership
  • School of Politics
  • School of Sustainability

Selengkapnya, dapat diakses pada bit.ly/Schools-of-RP.

Contact Person:

WhatsApp: +62-8111-8008-009 (Admin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *