logo

“Find your passion!”: ahli luruskan 4 mitos seputar ‘passion’

  • By admin
  • January 27, 2022
  • 220 Views

Ian schneider (Unsplash)

Carter Bing Andika, Universitas Pelita Harapan

Temukan passion-mu!

Kalimat tersebut adalah saran yang sering dikemukakan oleh motivator, mentor, atau seminar self-help untuk mendorong audiens keluar dari rutinitas hidup yang membosankan dan mulai mencari makna hidup yang sesungguhnya.

Pembahasan terkait passion memang cukup populer, baik di media maupun artikel ilmiah.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat relasi antara passion dengan performa kerja, perilaku kerja, kewirausahaan, perkembangan karier. Sebuah artikel di Forbes menyebutkan bahwa passion adalah salah satu karakter penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berhasil.

Menariknya, tidak semua orang mengetahui apa yang menjadi passion nya. Bahkan sebagian dari mereka yang berpikir telah mengerjakan passion-nya juga bisa merasa lelah dan kehilangan arah lalu meninggalkan apa yang telah mereka bangun selama ini. Ada juga yang menganggap mencari passion merupakan sebuah petualangan yang berharga sehingga rela meninggalkan pekerjaan atau kegiatan yang sedang mereka jalani saat itu.

Faktanya, passion bukanlah sesuatu yang ditemukan.

Para psikolog dari Yale-NUS dan Stanford justru melihat bahwa kalimat temukan passion-mu! adalah saran yang kurang tepat.

Berikut beberapa hal terkait passion yang perlu kamu tahu:

1. Mengembangkan (bukan menemukan) passion

Para peneliti dari universitas Stanford dan Yale-NUS college di Singapura menyatakan bahwa kalimat “temukan passion-mu” cenderung membuat orang menjadi pasif dan menyarankan untuk menggunakan “kembangkan passion-mu” sebagai pola pikir yang lebih tepat.

Pola pikir mengembangkan passion membuat pikiran kita lebih terbuka untuk melihat berbagai kemungkinan dan arah baru dalam mengaktualisasikan passion. Pendapat ini masuk akal karena tidak semua orang yang passionate dengan hal-hal yang berkaitan dengan musik, misalnya, harus selalu menjadi musisi. Karena itu, saya percaya bahwa passion sebaiknya tidak ditinjau dengan pola pikir fixed mindset. Seseorang yang memiliki mindset yang tepat mengenai passion sesungguhnya punya banyak kesempatan untuk menyelaraskan passion-nya dengan berbagai aktivitas yang kreatif dan bernilai tinggi.

2. Bedakan passion dari hobi

Pandangan yang menganggap bahwa passion itu ditemukan biasanya berangkat dari mitos bahwa hobi kita adalah passion kita. Ketika dulu saya bertanya kepada beberapa orang mengenai passion, saya sering ditanggapi dengan pertanyaan, “Apa hobimu?” yang mengindikasikan bahwa hobi sama dengan passion.

Padahal, Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan hobi sebagai sebuah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. Memang dalam kasus tertentu, hobi yang dikembangkan dengan serius dapat menjadi pemantik passion. Namun, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa hal ini bukanlah merupakan hal yang mudah. Langkah yang mungkin lebih tepat adalah ketika kita bisa mengubah perspektif dari hobi yang bertujuan untuk menyenangkan atau memuaskan diri sendiri menjadi sebuah kegiatan yang bermakna bagi orang lain.

Passion sebaiknya tidak didasarkan pada perasaan namun pada nilai-nilai yang dikontribusikan. Passion yang berbasis pada kontribusi nilai positif pada masyarakat sesungguhnya memiliki pengaruh positif pada kepuasan kerja, dan berpotensi mencegah keinginan untuk mengundurkan diri dibandingkan passion yang berbasis pada kesenangan dan kepuasan pribadi belaka (hobi).

Jika kita bisa lebih rasional dalam menerjemahkan passion ke dalam aktivitas-aktivitas hidup kita, kita bisa menggunakan passion sebagai “bahan bakar” jangka panjang dalam menggapai performa yang lebih baik.

3. Tidak ada istilah “satu solusi untuk semua”

Selain itu, kita juga perlu lebih dewasa dalam menyikapi passion. Jangan jadikan passion sebagai solusi universal untuk semua orang. Terlepas dari temuan bahwa orang-orang dengan passion yang tepat cenderung lebih adaptif terhadap perubahan karir, memiliki hidup yang sejahtera dan sehat, proses mengejawantahkan passion menjadi sesuatu yang nyata bukanlah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Faktanya, pengaruh positif yang didapatkan dari passion berbeda-beda dari satu individu ke individu lainnya. Motivasi untuk sukses pada seseorang bisa saja datang dari berbagai model dan sumber, menyesuaikan dengan latar belakang, situasi yang dijalani, dan kebutuhan masing-masing.

Setiap individu berproses secara berbeda. Shutterstock.

Jika digunakan dengan tepat, saya percaya bahwa setiap individu yang mampu menanamkan passion dalam apapun yang mereka kerjakan cenderung mencapai hasil akhir yang lebih baik dibandingkan dengan orang-orang yang menjalani aktivitas secara ala kadarnya. Seperti yang dikatakan oleh Steve Jobs pada salah satu wawancaranya: “People with passion can change the world for the better.

4. Cara mengembangkan passion

Bagi sebagian dari kita yang masih mencari cara mengembangkan passion, banyak jalan menuju Roma. Salah satunya, kita dapat memulai dengan mengenali diri kita sendiri, apa yang sesungguhnya kita anggap penting, dan apa yang menjadi kemampuan kita. Hal-hal tersebut adalah nilai yang dapat kita kontribusikan kepada sekeliling kita. Nilai itulah yang kemudian memiliki potensi paling besar untuk dapat kita kembangkan sebagai passion. Namun, semua itu adalah proses yang membutuhkan banyak waktu, masukan dari berbagai mentor, dan keterbukaan.The Conversation

Carter Bing Andika, Strategic Planning Manager – Tanoto Foundation, Universitas Pelita Harapan

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *